January 20, 2011

A Voice Of Gratitude: Be thankful!


Bersyukur, bersyukur, dan bersyukur.
Mungkin kata-kata ini sering kita bisikkan dalam hati, berusaha memotivasi diri kita untuk mampu melakukannya, dan mempertahankannya dalam keseharian kita.. Namun terkadang hal ini sulit untuk dilakukan. Aku selalu punya pemikiran seperti ini:
1. Bersyukur dalam kelebihan (ketika kita diberi kesehatan, kesuksesan, dsb) merupakan sesuatu yang sudah seharusnya kita lakukan.
2. Bersyukur dalam kekurangan (ketika kita sakit, gagal dalam kuliah/pekerjaan, dsb) merupakan sesuatu yang luar biasa jika mampu kita lakukan.
Namun apa yang seringkali terjadi? Kita yang dalam keadaan berkecukupan, namun masih juga tidak bersyukur. Kita yang memiliki segalanya, masih juga bersungut-sungut. Lalu bagaimana jika kita sedang berada dalam kekurangan? Mungkin tanpa sadar, kita tak pernah lagi bersyukur. Kalau kita tidak mampu untuk bersyukur dalam kelebihan, kita takkan pernah mampu untuk bersyukur dalam kekurangan.. In daily life we must see that it isn't happiness that makes us grateful, but gratefulness that makes us happy :)

Suatu ketika, seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya untuk mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang di desa tersebut sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat kumuh dan kotor.

Pada perjalanan pulang, sang Ayah kemudian bertanya kepada anaknya: "Nak, bagaimana perjalanan kali ini?"

kemudian sang anak menjawab:
"Wah, sangat luar biasa, Ayah!!"

Ayahnya berkata lagi:
"Kau lihat kan betapa mereka sangat miskin!
Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?"

Kemudian si anak menjawab demikian:
"Selama berada di sana, aku menyaksikan bahwa:

Kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.

Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman,
dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.

Kita mengimpor lentera-lentera untuk taman kita,
dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.

Kita memiliki patio sampai ke halaman depan,
dan mereka memiliki cakrawala secara utuh.

Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal,
dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.

Kita memiliki pelayan-pelayan untuk melayani kita,
dan mereka melayani sesamanya.

Kita membeli untuk makanan kita,
dan mereka menumbuhkannya sendiri.

Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita,
dan mereka memiliki sahabat-sahabat
untuk saling melindungi."

Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berkata-kata lagi..

Kemudian sang Anak menambahkan:
"Terima kasih, Ayah.. Kita mungkin tidak memiliki segalanya berlimpah seperti mereka. Namun dengan bersyukur, aku merasa hidupku sempurna."

Temen-temen.. Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita miliki. Dari kisah ini, aku belajar bahwa apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang nyatanya bisa menjadi dambaan/harapan bagi orang lain.. Sehingga hal bersyukur ini merupakan sesuatu yang subjektif, dan tergantung oleh cara pandang kita masing-masing.. Sang Ayah dalam kisah ini merasa bahwa orang-orang yang hidup di kampung tersebut jauh lebih miskin hidupnya dibandingkan dirinya, tetapi sang Anak? Ia berpikir sebaliknya.. Namun sang Anak yang berpikir sebaliknya itu tidak kemudian menjadi bersungut, atau kecewa, atau bahkan iri hati. Ia tetap bersyukur, karena ia tahu, dengan bersyukur hidupnya menjadi sempurna.
How do you think determines of how you give thanks.. and always look for the positive side, that would be the best answer.. :)

Jadi, kalau kita sering berpikir kalau kita berkekurangan (aku kurang tinggi, aku kurang cantik/ganteng, aku kurang pintar, aku kurang kasih sayang, dsb), berpikirlah dengan cara pandang yang berbeda, bahwa di luar sana ada begitu banyak orang yang ingin hidupnya seperti kita. Karena itu, bersyukurlah! Berpikir positif dalam memandang segala sesuatu. Bukan hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi kapan kita akan mampu melakukannya kalau kita tidak berusaha memulainya? :)

"Our first breath in the morning maybe is somebody's last. That itself, is a reason enough to be grateful and happy in life. Don't think about the things you didn't get after praying, but think about the countless blessings God gives you everyday, even every seconds, wihout asking.."

With Love,
Lhalha

2 comments:

  1. Laras... ini total semua kau yang nulis ?
    Mmm.. pas untuk menjinakkan hati yang penuh keluh kesah...


    Boy

    ReplyDelete
  2. Hmm, kisah/ceritanya engga kok kak.. Tapi perenungannya aja aku yg buat :) aku jg terinspirasi dr ceritanya, hehehe.. Thank you yaa kak udah mampir2 blog-ku.. God bless you!

    ReplyDelete